Subscribe:

Pages

Jumat, 01 Juli 2011

PROPOSAL


1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah                      
            Energi listrik mempunyai peranan penting karena hampir semua usaha dan kegiatan manusia modern saat ini menggunakan energi listrik. Ketergantungan pada energi listrik saat ini sangat tinggi hal ini salah satu alasannya adalah karena energi listrik sangat praktis, ekonomis dan mudah dirubah menjadi energi yang lain.
            Dalam penyediaan energi listrik pemerintah dalam hal ini Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik yang dibutuhkan. Maka kemudian PLN mengadakan kerja sama dengan pihak swasta untuk ikut berinvestasi dalam penyediaan Unit Penbangkit Listrik. Dan salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (  PLTU  ).
            PLTU Paiton unit  7 & 8 adalah pembangkit listrik yang dimiliki oleh PT. INTERNASIONAL POWER MITSUI OPERATION AND MAINTENANCE INDONESIA ( IPMOMI ). Yang berada dikecamatan  Paiton Kabupaten Probolinggo Jawa Timur Merupakan salah satu pembangkit tenaga listrik guna memenuhi kebutuhan listrik.
            Manajemen inventori suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap besarnya profit suatu perusahaan serta mendukung dalam hal kelancaran pengoperasian  sebuah pembangkit listrik . Diantaranya adalah ketersediaan suatu material merupakan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan yang dapat mempengaruhi dalam proses pengoperasian dan perawatan unit pembangkit.
            Penyediaan informasi mengenai persediaan dan pengadaan material erat dengan manajemen perawatan mesin-mesin, yang akan  mendorong efisiensi dan kapasitas produksi daya listrik yang dihasilkan. Penggunaan material  yang bersifat habis pakai ( consumable material ) membutuhkan manajemen khusus sehingga dapat menangani masalah ketersediaan material tersebut. Sehingga diharapkan kebutuhan akan ketersediaan dapat terpenuhi setiap saat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna ( user ).

1.2. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian diatas dalam hal ini dapat  dirumuskan suatu masalah yaitu “Bagaimana membuat suatu system informasi penyediaan dan pengadaan material  dengan metode kontrak pembelian untuk menunjang aktifitas perawatan mesin-mesin pembangkit listrik ”.

1.3. Batasan Masalah
            Mengingat banyaknya masalah yang perlu dibahas pada bagian inventori dan supaya permasalahan terarah, maka pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada:
  1. Pengendalian pemesanan barang
  2. Pemantauan status kontrak-kontrak pembelian.
  3. Pengendalian jumlah persediaan material.


1.4. Tujuan
Tujuan yang dapat dilakukan pada  PT. IPMOMI  jawa timur.
Suatu kegiatan mempunyai tujuan tertentu karena sebagai ukuran untuk melakukan suatu kegiatan. Tujuan dari Praktek  Kerja Lapangan ( PKL ) ini adalah untuk merancang suatu system informasi penyediaan dan pengadaan material  dengan metode kontrak pembelian untuk menunjang aktifitas perawatan mesin-mesin pembangkit listrik. Dimana perancang system ini mempermudah pengoperasian yang cepat akurat, efektif dan efisien.

1.5. Metode Penelitian
Dalam hal teknik mengumpulkan data. Metode yang akan digunakan  adalah:
  1. Obsevasi
Mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis  tentang aktifitas yang ada di perusahaan, sehingga dapat dilihat kebutuhan aplikasi yang diinginkan dalam hal pengambilan data serta kebutuhan informasi yang diharapkan.
  1. Interview
      Dengan mengadakan tanya jawab langsung pada pihak yang bersangkutan, baik karyawan, supervisor gudang, bagian pembelian dan manajemen perusahaan untuk mendapatkan data yang diperlukan secara sistematis sesuai dengan hasil observasi.
  1. Study Literatur
      Metode yang digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai buku atau referensi yang berhubungan dengan permasalahan, hal ini diperlukan untuk mendukung teori-teori yang akan digunakan dalam membuat perencanaan dan perancangan system yang akan dikerjakan dalam laporan penelitian ini.

Selasa, 24 Mei 2011

DFD dan ERD

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM


A. Pengantar
Sistem adalah kumpulan elemen yang masing-masing elemen tersebut memiliki fungsi masingmasing, namun secara bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan dari adanya sistem tersebut. Sebuah mobil dapat dikatakan sebuah sistem karena di dalamnya terdapat kumpulan elemen (seperti kemudi, rem, mesin, roda, kaca spion, lampu sen, dan sebagainya) yang masing-masing elemen tersebut memiliki fungsi masing-masing, namun secara bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan dibuatnya mobil tersebut yaitu sebagai alat transportasi.
Sistem yang kita bahas sebagai contoh sederhana di sini adalah sistem komputerisasi administrasi di suatu unit usaha. Misalkan unit usahanya adalah “Mini Market ‘Rachmana Tamaya’” yang akan kita buat “sistem penjualan barang”-nya. 

B. Prosedur Singkat Penjualan Barang di “Rachmana Tamaya”
Mini market “Rachmana Tamaya” tidak melakukan pendataan pelanggan, sehingga pembeli manapun dapat melakukan transaksi pembelian. Namun demikian, untuk meningkatkan pelayanan kepada pembeli, di kasir (hanya ada 1 kasir), pembeli dapat menanyakan apakah barang yang dicari tersedia di sana, masih ada berapa unit, dan berapa harganya. Setiap barang yang sudah dilakukan transaksi tidak dapat ditukar atau dikembalikan, dan setiap pembelian harus dilakukan secara tunai. Meskipun data pembeli tidak dicatat, namun di setiap struk belanja yang dicetak diberi kode. Kode tersebut terdiri dari masing-masing 2 digit tanggal, bulan, tahun, dan 3 digit nomor urut. Misalkan kode = “120903056” berarti, transaksi yang terjadi pada tanggal 12 bulan September tahun 2003 di nomor urut 056.

C. Analisis (Persiapan) Merancang Sistem
Ada beberapa hal yang harus dianalisis sebelum membuat perancangan sistem, yaitu : (1) ruang lingkup atau batasan sistem, (2) apa yang ingin dihasilkan oleh sistem (tujuan sistem/ output), (3) siapa saja yang terlibat di dalamnya, dan sebagainya. Ruang lingkup sistem yang akan kita bahas adalah tentang penjualan barang di mini market “Rachmana Tamaya”, tidak membahas pembelian barang untuk keperluan stok di mini market tersebut, maupun bagaimana penanganan barang rusak, kadaluarsa, dan sebagainya. Masih dalam batasan sistem, pihak-pihak/ orang-orang yang berada di “lingkar luar” adalah pengunjung mini market yang selanjutnya disebut dengan “Pembeli” dan “Pemilik,” yaitu pemilik mini market yang harus diberi laporan hasil penjualan barang setiap hari (setelah toko tutup). Tujuan pembuatan sistem ini adalah untuk mencatat transaksi penjualan barang di mini market tersebut (sehingga dapat digunakan untuk mengecek uang masuk, selanjutnya juga dapat dimanfaatkan untuk menghitung keuntungan unit usaha, dan sebagainya).

Pihak-pihak yang terlibat di dalamnya (pada proses penjualan barang) adalah kasir, dan beberapa penjaga toko yang merangkap pengontrol keberadaan barang di rak-rak pajang).

D. Penggambaran Perancangan Sistem
Di bahasan ini, penggambaran perancangan sistem yang digunakan adalah Data Flow Diagram (DFD), Entity/ Relationship Diagram (E/R Diagram), dan Data Normalization. DFD dibagi menjadi tiga trata (tingkatan), yaitu Context Diagram, Zero Diagram, dan Detail Diagram.
D.1. Context Diagram (Diagram konteks)
      Diagram konteks berisi gambaran umum (secara garis besar) sistem yang akan dibuat. Secara     kalimat, dapat dikatakan bahwa diagram konteks ini berisi “siapa saja yang memberi data (dan data apa saja) ke sistem, serta kepada siapa saja informasi (dan informasi apa saja) yang harus dihasilkan sistem.” Jadi, yang dibutuhkan adalah (1) Siapa saja pihak yang akan memberikan data ke sistem, (2) Data apa saja yang diberikannya ke sistem, (3) kepada siapa sistem harus memberi informasi atau laporan, dan (4) apa saja isi/ jenis laporan yang harus dihasilkan sistem. Kata “Siapa” di atas dilambangkan dengan kotak persegi (disebut dengan terminator), dan kata “apa” di atas dilambangkan dengan aliran data (disebut dengan data flow), dan kata “sistem” dilambangkan dengan lingkaran (disebut dengan process).


Beberapa kemungkinan (data) yang diberikan pembeli kepada kasir adalah :
(1) barang yang ditanyakan,
(2) barang yang akan dibeli, dan
(3) Uang pembayaran. Sebaliknya, kemungkian
informasi yang diberikan kasir kepada pembeli adalah
(1) keadaan barang yang ditanyakan,
(2)jumlah uang yang harus dibayar.
Sedangkan informasi yang diberikan kasir kepada Pemilik adalah Laporan Jumlah Uang Masuk beserta Jumlah Barang yang Terjualnya. DFD Konteksnya :

 
D.2. Zero Diagram (Diagram Nol).
Tujuan dari diagram nol adalah untuk “memerinci” sebuah sistem menjadi “proses-proses” yang harus dilakukan ‘orang dalam.’ Atau jika dibuat dalam kalimat adalah : “Apa saja proses yang harus dilakukan agar mencapai sistem tersebut ?.” Jadi, diagram ini adalah kelanjutan dari diagram konteks, yang “memperbanyak lingkaran,” sedangkan untuk (jumlah dan isi) terminator serta (jumlah dan isi) data flow dari dan ke terminator tersebut harus tetap.
Pada diagram ini pula mulai ditampilkan data store (penyimpan data/ file) yang dibutuhkan.


 
 
File apa saja yang dibutuhkan di sistem ini ?. Jenis file data ada dua, yakni 
(1) master file, dan (2) transaction file.. Master file adalah file berisi (mencatat) mengenai objek yang harus ada di sebuah unit usaha yang jika tidak ada objek tersebut maka unit usaha tersebut tidak akan berjalan secara sempurna.
Objek-objek yang harus ada di sebuah mini market adalah : (1) barang, (2) pengelola, (3) pembeli, dan (4) fasilitas. Jika salah satu objek tersebut tidak ada, maka mini market tidak akan berjalan sempurna. Dalam pencatatan penjualan barang, master file yang dibutuhkan hanya barang, pengelola (kasir), dan fasilitas (Rak, yang digunakan untuk memajang barang). File Pembeli tidak diperlukan karena data pembeli tidak dicatat. Sedangkan transaction file adalah file yang digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi di mini market tersebut. Transaksi adalah berelasinya (berhubungannya) dua master file (atau lebih). Jika kita lihat apa saja master file yang harus ada di atas, dan mana yang berhubungan sehingga terjadi transaksi, maka kemungkinan-kemungkinan transaksi yang terjadi di mini market tersebut adalah :
1. “Pembeli membeli barang”
2. “Kasir menjual barang”
3. “Pembeli membeli barang, dan Kasir Menjual Barang” (gabungan 1 dan 2)

Karena Pembeli tidak dicatat, maka kita menggunakan transaksi yang ke 2 saja, sehingga transaksi yang terjadi akan dicatat di file “JUAL”. (Nama file terserah perancang sistem) Mari kita susun diagram nol-nya. Ketika “Pembeli” datang, ada 2 kemungkinan yang akan dilakukannya, yaitu (1) bertanya keberadaan barang yang akan dibelinya, dan (2) ia mengambil barang-barang yang akan dibelinya dan menyerahkan kepada kasir untuk dihitung berapa yang harus dibayarnya. Apa aksi (proses yang harus dilakukan kasir) untuk kedua kemungkinan tersebut ?.

 
 
D.3. Detail Diagram (Diagram Detil).
Diagram detil adalah diagram yang memungkinkan proses yang ada di diagram nol lebih diperinci lagi. Misalkan untuk proses 1 di atas.
 
 
D.4. Entity/ Relationship Diagram (Diagram E/R)
Diagram E/R digunakan untuk memperlihatkan hubungan antarfile (data store) yang ada di DFD. Di sini, file (data store) disebut dengan entity (entitas). Bagian dari file, yaitu fields, di sini disebut dengan attributes (atribut-atribut). Berikut lambang-lambangnya.

 
 
 
 
Atribut-atribut ini disesuaikan dengan kebutuhan oleh perancang sistemnya, misalkan, KASIR boleh saja memiliki atribut tempat dan tanggal lahir “TT_Lahir,” tetapi karena atribut itu tidak diperlukan maka tidak perlu dibuat/ ditulis. Tetapi harus dipatuhi bahwa setiap atribut yang ada di entitas adalah memang merupakan atribut (identitas) dari entitasnya. Jadi, jangan masukkan atribut “NM_BRG” di atribut KASIR, karena nama barang bukanlah atribut si KASIR. Entitas “JUAL” adalah entitas yang merupakan file transaksi, jadi, (atribut-atribut) yang tercantum di sana adalah bagian-bagian transaksi yang harus dicatat. Adapun atribut NOPEG dan KD_BRG adalah atribut dari entitas lain yang menjadi “jembatan” untuk mengambil atributatribut dari master file-nya. (Penjelasan ini ada di bagian berikutnya).
Ada kekuatan hubungan di dalam Diagram E/R yang dinamakan dengan derajat kardinalitas (cardinality degree). Ada empat jenis derajat kardinalitas yaitu (1) one to one (dilambangkan dengan 1 : 1), (2) one to many (dilambangkan dengan 1 : M), (3) many to one (dilambangkan dengan M : 1), dan (4) many to many (yang dilambangkan dengan M : M). Untuk menetapkan derajat kardinalitas di atas, ikuti kalimat-kalimat berikut ini :
 
Selanjutnya, kalimat yang dibalik :
“Satu (kode) BARANG bisa diJUAL oleh satu atau lebih KASIR”
 
Kini kita dapatkan “M” (many) di kedua sisinya yang berarti derajat kardinalitas relasi tersebut adalah “many to many.” Namun, karena dalam matematika, nilai M akan selalu sama dengan M, sedangkan belum tentu kalimat (jika nilai M di atas = 10), “Sepuluh KASIR akan selalu menJUAL sepuluh BARANG,” maka penulisan M di salah satu sisinya diganti dengan N, tetapi pembacaannya tetap many. Jadi, nilai M dan N bisa jadi sama, dan bisa jadi tidak sama (M = N atau M ¹ N).